Dalam tuntunan Islam, keridhaan Allah dan masuk surga ialah tujuan akhir yang didambakan setiap orang memiliki iman, baik lelaki atau wanita. Beberapa penghuni surga diyakinkan akan memperoleh semua kebaikan yang dijanjikannya oleh Allah, termasuk kepuasan yang tidak terpikirkan.
Salah satunya deskripsi kepuasan surgawi yang tersering disebut ialah beberapa bidadari surga. Dalam Al-Quran, mereka dilukiskan sebagai wanita yang elok lahir dan batin, dengan mata yang jernih, kulit yang putih bersih, dan hati yang suci. Mereka dibuat secara langsung oleh Allah, tidak lewat proses kelahiran di dunia, dan tidak pernah ada sebelumnya.
Beberapa bidadari ini disanjung karena kesuciannya, baik pada adab atau perlakuan. Mereka tidak alami menstruasi, nifas, membuang air kecil, atau bab, dan hati mereka cuma tertarik ke suaminya di surga. Mereka menjaga pandangan mereka dan tidak tertarik ke lelaki lain selainnya suami mereka.
Bukan hanya itu, rumah beberapa bidadari surga dilukiskan sebagai lokasi yang benar-benar eksklusif, dibuat dari mutiara yang berkilau. Mereka sudah siap layani suami mereka dengan penuh kasih-sayang dan kesetiaan, tanpa pernah merasakan kecapekan atau kejenuhan.
Tetapi, salah satunya pertanyaan yang kerap ada ialah apa beberapa bidadari surga akan mempunyai turunan atau mungkin tidak. Sejumlah ulama mengatakan jika seorang lelaki inginkannya, karena itu beberapa bidadari surga bisa mempunyai anak. Tetapi, kehamilan dan kelahiran bisa terjadi pada waktu yang singkat dan sesuai kemauan penghuni surga itu.
Meski begitu, ada juga ketidaksamaan opini di kelompok ulama mengenai ini. Sejumlah ulama memiliki pendapat jika beberapa bidadari surga tidak mempunyai turunan, hingga pertanyaan mengenai anak dari jalinan itu masih tetap jadi mistis.
Dalam ringkasannya, kepuasan surgawi yang dijanjikannya oleh Allah ke beberapa penghuni surga memanglah tidak terpikirkan oleh akal manusia. Beberapa bidadari surga, dengan kecantikan dan kesuciannya, jadi sisi dari nikmat yang hebat yang menunggu mereka di akhirat. Dan walaupun pertanyaan mengenai turunan mereka tetap jadi mistis, kepercayaan akan kepuasan surgawi itu masih tetap jadi sumber keinginan dan kebahagiaan untuk umat Islam.