Suku Hui: Perpaduan Tradisi Islam dan Budaya Tiongkok di Tengah Keberagaman Etnis Cina

  • Whatsapp
"Wawasan Yang Bermanfaat Hanya di KanalMerdeka.Com - Sumber Terpercaya Informasi Global
"Wawasan Yang Bermanfaat Hanya di KanalMerdeka.Com - Sumber Terpercaya Informasi Global

Suku Hui, satu dari 56 barisan etnis yang dianggap dengan sah di Cina, adalah komune Muslim paling besar di negara itu. Dengan kombinasi adat Islam dan budaya Tiongkok, suku ini menggambarkan kekayaan sejarah dan keberagaman budaya Cina. Suku Hui bukan hanya menjaga jati diri agama dan budaya mereka sepanjang beratus-ratus tahun, tapi juga bersatu dengan warga Tiongkok, membuat adat dan bahasa yang unik.

Dikutip saluran YouTube Kabarpedia, Cerita suku Hui berawal dari kehadiran beberapa pedagang, intelektual, dan pejuang Muslim yang masuk Cina lewat Lajur Sutra pada jaman Dinasti Tang (618-907 M) dan Dinasti Song (960-1279 M). Sepanjang Dinasti Yuan (1271-1368 M), jumlah Muslim di Cina bertambah cepat, dan komune ini pada akhirnya dikenali sebagai suku Hui. Pada periode Dinasti Ming (1368-1644 M), mereka mulai bersatu dengan budaya Tiongkok, sekalian masih tetap menjaga tuntunan Islam.

Bacaan Lainnya

Islam mainkan peranan sentra di kehidupan suku Hui. Beberapa pada mereka berpedoman Islam Sunni dan jalankan praktek keagamaan seperti sholat, puasa sepanjang bulan Ramadan, dan zakat. Mushola berperan sebagai pusat aktivitas sosial dan pendidikan, di mana beberapa anak pelajari Alquran dan tuntunan Islam yang lain. Dampak Islam kelihatan dalam baju tradisionil mereka, sama pria kerap kenakan kopiah putih dan wanita kenakan hijab, menggambarkan beberapa nilai kesopanan yang diberikan dalam Islam.

Seni dan kerajinan suku Hui menggambarkan kombinasi di antara adat Islam dan Tiongkok. Kaligrafi Arab menjadi seni yang dipandang, dengan beberapa seniman Hui yang mengusai saat menulis ayat-ayat Alquran. Kerajinan tangan seperti pembikinan topi tradisionil dan bordir adalah ketrampilan yang diturunkan dari angkatan ke angkatan.

Kulineran suku Hui ialah faktor lain dari budaya mereka yang mencolok. Makanan seperti lamian (mi ambil tangan) dan yang roumo (sup roti domba) dikenali karena rasa yang kaya dan selalu menaati ketentuan halal. Bahasa yang dipakai oleh suku Hui ialah beragam aksen Mandarin, plus tambahan kosakata dari bahasa Arab dan Persia yang berkaitan dengan praktek keagamaan dan kulineran.

Upacara pernikahan dan penyemayaman di kelompok suku Hui menggambarkan kombinasi adat Islam dan Tiongkok. Pernikahan umumnya dipegang dengan seorang imam dan ditata sesuai hukum Islam, dan penyemayaman dilaksanakan sesuai tuntunan Islam, termasuk memandikan mayat, mengkafani, dan memendamkan dengan arah kiblat.

Walaupun suku Hui sudah sukses menjaga jati diri budaya dan agama mereka, mereka tetap hadapi rintangan dalam berintegrasi dengan warga Cina yang bertambah luas. Diskriminasi kerap kali jadi kendala, tetapi banyak anggota komune Hui yang aktif perjuangkan hak-hak mereka dan mempromokan toleran dan pengetahuan antarbudaya.

Suku Hui ialah contoh yang menakjubkan mengenai bagaimana jati diri etnis dan agama bisa menyesuaikan dan berkembang dalam kerangka yang bertambah luas. Budaya mereka yang kaya dan berbagai ragam ialah dari hasil kombinasi adat Islam dan Tiongkok, dan mereka masih tetap jadi sisi integral dari warga Cina, berperan pada keberagaman budaya dan kekayaan sejarah negara ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *