Kanalmerdeka – Mauritania, sebuah negara yang luasnya capai 1.030.000 km², beberapa daerahnya ialah gurun pasir, menjadikan negeri yang seakan terbentang dengan lautan pasir tidak berbuntut. Berada pada bagian barat laut Afrika, Mauritania adalah sisi dari Gurun Sahara, gurun panas paling besar di dunia yang menghampar selebar 9,empat juta km², meliputi 10 negara termasuk Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Maroko, Niger, Sudan, Tunisia, dan Mauritania. Walau daerah ini dikenali sebagai salah satunya tempat paling sepi di dunia, Gurun Sahara bukan bentangan tandus tidak ada kehidupan.
Di tengah-tengah kerasnya gurun ini, ada komunitas-komunitas yang kuat, yang sudah menempati daerah ini sepanjang beratus-ratus tahun. Salah satunya barisan yang paling iconic ialah suku Tuareg. Suku ini dikenali kekuatan mereka dalam navigasi gurun dan bertahan hidup di tengah-tengah keadaan berlebihan. Pola hidup mereka yang nomaden, berbasiskan pada peternakan dan perdagangan jarak jauh memakai unta, jadikan mereka sebagai pakar saat membawa beberapa barang seperti garam dan emas melewati gurun pasir.
Suku Tuareg mempunyai budaya yang kaya, termasuk adat puisi dan musik. Mereka dikenal juga baju ciri khas warna biru nila, yang disebutkan “daraa” atau “bubu”, sebuah gaun panjang dan kendur yang dipadankan sorban. Baju ini bukan hanya berperan sebagai pelindungan dari cahaya matahari dan badai pasir, tapi juga menolong menjaga kesejukan badan di tengah-tengah teriknya gurun. Jati diri mereka sebagai “pria biru” karena warna baju ini sudah jadi lambang yang menempel dari mereka.
Selainnya Tuareg, suku Haratin mempunyai peranan utama di Mauritania. Secara bersejarah, mereka bekerja sebagai gembala dan petani, dan mainkan peranan signifikan dalam pembuatan oasis dan mekanisme irigasi yang memungkinkannya pertanian di lingkungan yang gersang ini. Kontributor mereka pada ekonomi dan budaya Mauritania tidak dapat diacuhkan.
Mauritania, walau hadapi rintangan modernisasi dan perselisihan, masih tetap menjaga adat dan style hidupnya yang unik. Negara ini jadi rumah untuk beragam barisan etnis dan budaya, termasuk suku Moor yang dikenali sebagai pakar dalam naik kuda dan melalui gurun. Tarian dan musik mereka, yang terpengaruhi oleh adat Arab dan Afrika, sudah jadi sisi tidak terpisah dari peninggalan budaya Mauritania.
Tetapi, dibalik kekayaan budaya ini, Mauritania hadapi rintangan sosial dan ekonomi. Kemiskinan, kelangkaan air, dan diskriminasi pada komune tertentu, seperti Haratin, jadi permasalahan yang membutuhkan perhatian serius. Meski begitu, ada usaha dari pemerintahan dan warga untuk menangani rintangan ini dan jamin kesetaraan dan hak-hak semua suku dan barisan etnis.
Mauritania, dengan kekayaan budayanya dan kekuatan penduduknya, adalah contoh riil bagaimana manusia dapat hidup sesuai dengan alam, bahkan juga pada keadaan yang paling keras sekalinya. Negeri gurun pasir ini tidak cuma mengenai bentangan pasir tidak berbuntut, tapi juga mengenai cerita kehidupan yang sarat dengan keteguhan dan semangat.