Agdam, dikenali sebagai “Hiroshima Kaukasus,” ialah kota di Azerbaijan yang dulu pernah istimewa tetapi sekarang tinggal beberapa puing karena perselisihan Nagorno-Karabakh. Sekarang, Azerbaijan membuat lagi kota ini untuk raih kemasyhurannya di tahun 2025.
Jakarta – Agdam, sebuah kota di Azerbaijan, kerap dikatakan sebagai “Hiroshima Kaukasus” atau “kota hantu,” ingat masa yang lalunya yang cemerlang dan sekarang tinggal beberapa puing keruntuhan. Dibangun pada era ke-18 dan capai status kota di tahun 1828, Agdam sebelumnya pernah jadi pusat budaya dan ekonomi yang mengkilau di jantung Azerbaijan. Kebun anggur yang luas, teater dan rumah budaya yang berkilau, dan pasar yang ramai memperlihatkan keelokan dan keberagaman kota ini. Agdam jadi bukti riil kekuatan manusia saat membuat serasi dan kemakmuran.
Pada era Soviet, Agdam berkembang cepat dengan luas daerah 11.154 kmĀ² dan jumlah warga capai 188.000 jiwa. Kota ini jadi pusat industri dan pertanian, secara beragam pabrik dan usaha seperti pabrik mesin, reparasi mobil, pengalengan, mentega dan keju, peternakan ulat sutra, dan pembikinan karpet dan anggur. Disamping itu, Agdam kaya monumen sejarah kuno, dengan riset arkeologi yang menunjukkan kehadiran permukiman manusia purba semenjak 6.000 sampai 8.000 tahun kemarin.
Tetapi, nasib Agdam berbeda mencolok dengan pecahnya perselisihan Nagorno-Karabakh. Perselisihan ini berawal di akhir 1980-an, saat Uni Soviet mulai labil. Nagorno-Karabakh, yang sebagian besar warganya etnis Armenia, memutuskan untuk gabung dengan Armenia di tahun 1988, memacu kemelut etnis dengan Azerbaijan. Sesudah Uni Soviet roboh di tahun 1991, perselisihan beralih menjadi perang terbuka. Pada Mei 1994, Armenia sukses menempati beberapa daerah Agdam, menyebabkan keruntuhan besar dan perusakan monumen monumental, termasuk mushola Juma yang populer.
Perang ini usai dengan gencatan senjata di tahun 1994, tetapi tinggalkan beberapa ribu korban jiwa dan beberapa ratus ribu pengungsi. Lebih dari 126.000 masyarakat Agdam mau tak mau pindah, dan beberapa ribu yang lain alami cacat fisik.
Pada September 2020, perselisihan meledak lagi. Azerbaijan, dengan support militer lebih kuat, sukses mengambil lagi beberapa daerah yang terkuasai etnis Armenia dalam kurun waktu enam minggu. Perselisihan ini usai dengan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada November 2020, memungkinkannya Azerbaijan menjaga daerah yang diambil dan mengirimi pasukan penjaga perdamaian Rusia ke daerah itu.
Sekarang, sesudah demikian lama jadi kota hantu, Agdam sedang dibuat lagi oleh Republik Azerbaijan. Proses restorasi dan pembangunan kembali sedang berjalan, dengan gagasan untuk menyongsong penghuni pertama di tahun 2025. Usaha ini mempunyai tujuan kembalikan kemasyhuran Agdam, menjadikan lagi sebagai pusat kebudayaan dan ekonomi yang mengkilau di Azerbaijan.