Daftar Isi
- 1 1. Mitos dari Minangkabau: Bisa Menghalangi Rejeki
- 2 2. Mitos dari Mamasa: Bisa Terganggu Makhluk Lembut
- 3 3. Mitos dari Ambon: Susah Dapat Jodoh
- 4 4. Mitos dari Melayu: Dijauhkan dari Rejeki
- 5 5. Mitos dari Jawa: Datangkan Apes atau Tanda Jelek
- 6 6. Mitos dari Toraja: Susah Melahirkan
- 7
- 8 Bukti Anak Gadis Dilarang Duduk di Depan Pintu
- 9 Larangan Duduk Depan Pintu Menurut Islam
- 10 Wahai Wanita, Yakin dengan Mitos-Mitos Jawa Ini?
Jakarta – Bukti dan mitos larangan duduk di depan pintu untuk anak gadis tetap dipercayai oleh beragam kebudayaan di Indonesia. Sejumlah suku bangsa yang yakin masalah pamali duduk depan pintu ini termasuk Minangkabau, Melayu, sampai Jawa.
Mitosnya, perlakuan anak gadis duduk di depan pintu ini dipercayai bisa mengakibatkan kemalangan, kesusahan rejeki, sampai menghindari diri dari jodoh.
Walaupun termasuk sebagai mitos, tetapi mitos jangan duduk depan pintu rupanya mempunyai background pelajaran norma dari bukti yang sebetulnya.
Ada banyak argumen yang sebenarnya cukup rasional berkaitan mengapa jangan duduk di depan pintu. Untuk contoh, perlakuan duduk di depan pintu menurut Jawa, yang selalu junjung tinggi norma dan perilaku, dipandang tidak santun.
Ini karena orang yang duduk di depan pintu bisa merintangi jalan keluar dan masuknya seseorang ke rumah.
Disamping itu, ada banyak pandangan lain dari sisi agama sampai kesehatan sebagai argumen rasional berkaitan mitos anak gadis duduk di depan pintu dan akan diterangkan dalam artikel berikut.
Bukti dari Mitos Tidak Bisa Duduk di Depan Pintu
Mitos yang tersebar di kelompok masyarakat Minangkabau, menyebutkan bila anak gadis duduk di depan pintu, karena itu ia akan menghalangi rejekinya sendiri.
Mitos sama ada di kelompok masyarakat Bugis, yang menyebutkan pamali duduk depan pintu untuk anak gadis karena bisa mengakibatkan mereka susah melahirkan.
Dibalik jumlahnya mitos masalah larangan duduk di depan pintu, ada sebuah bukti yang berusaha dikatakan oleh beberapa nenek moyang.
Ini mengakibatkan bukti dari mitos anak gadis duduk di depan pintu sebenarnya tidak dapat selalu dipandang seperti sebuah omong kosong.
Kenyataannya, pada jaman dulu, beberapa orang sampaikan banyak tuntunan masalah norma dan budaya lewat mitos dan legenda.
Menurut Elvina Syahrir dalam jurnal Madah (2016), pernyataan larangan ini di turunkan dari angkatan ke genersi untuk memberikan beberapa nilai agama, budaya, dan etika-etika sosial yang berjalan.
Mitos-mitos masalah larangan ini selanjutnya datang tidak cuma berbentuk larangan, tapi juga ancaman dan resiko. Biasanya, resiko yang dikatakan memiliki sifat mistis, magic, atau suatu hal yang mengerikan.
Resiko menakut-nakuti ini diharap sanggup jadi usaha protektif saat sebelum seorang lakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan nilai etika.
Sayang, resiko dari mitos-mitos yang menyebar kerap kali tidak sama-sama terkait keduanya. Termasuk misalnya resiko dari mitos duduk di depan pintu oleh anak gadis yang tersebar di sejumlah daerah.
Resiko dari mitos itu kenyataannya dapat terjadi pada semuanya orang lepas mereka bertindak seperti dalam mitos atau mungkin tidak. Argumen ini jugalah yang selanjutnya membuat mitos-mitos itu mulai ditinggal oleh warga kekinian.
Berikut ada banyak bunyi mitos jangan duduk di depan pintu untuk anak gadis yang menyebar di Indonesia:
Anak gadis duduk di depan pintu bisa menghalangi rejeki
Anak gadis duduk di depan pintu nanti susah dapat jodoh
Anak gadis duduk di depan pintu nanti susah melahirkan
Anak gadis duduk di depan pintu bisa datangkan kemalangan
Anak gadis duduk di depan pintu bisa terganggu makhluk lembut
Minimal ada enam suku budaya Indonesia yang memercayai masalah larangan duduk di depan pintu untuk anak gadis.
Sejumlah salah satunya termasuk warga Minangkabau, Mamasa, Ambon, Toraja, Melayu, sampai Jawa.
Berikut sejumlah mitos masalah larangan anak gadis duduk di depan pintu dari beragam wilayah:
1. Mitos dari Minangkabau: Bisa Menghalangi Rejeki
Salah satunya mitos masalah larangan anak gadis duduk di depan pintu terlahir di kebudayaan Minangkabau di Sumatera Barat.
Menurut Fitria Lonanda dan Ossa Bodhi Tala dalam Journal of Language Development and Linguistics (2022), warga Minangkabau yakin jika duduk di depan pintu bisa membuat anak gadis kesusahan mendapatkan rejeki.
Adapun dengan bahasa wilayah mitos yang diartikan mengeluarkan bunyi seperti berikut:
“Anak gadih indak buliah duduak di muko pintu, beko tahambek razaki.”
Bila di definisikan dengan bahasa Indonesia, karena itu mitos itu mengeluarkan bunyi ‘anak gadis jangan duduk di depan pintu, kelak terhalang rejeki.’
2. Mitos dari Mamasa: Bisa Terganggu Makhluk Lembut
Warga Suku Mamasa di Sulawesi Barat mempunyai mitos yang masih sama berkaitan larangan duduk di depan pintu.
Berdasar mitos yang tersebar di kelompok masyarakat Mamasa, perlakuan duduk pada pintu menjelang malam hari bisa mengundang masalah dari makhluk lembut.
Menurut Iman Toding dalam studinya yang keluar di jurnal Kampus Negeri Makassar (2019) dengan bahasa wilayah, mitos itu mengeluarkan bunyi:
“Tabu maqloko dio baqba ke makarimanmi bongi akak dakok naruppak setang.”
Bila disimpulkan dengan bahasa Indonesia makna mitos itu lebih kurang ‘pamali dilarang duduk pada pintu mendekati malam hari karena nantinya ditubruk makhluk lembut.’
3. Mitos dari Ambon: Susah Dapat Jodoh
Mitos sama terlahir di kebudayaan warga Suku Ambon yang berada di Maluku.
Menurut Mouren Wuralela dalam study yang keluar dalam buku Membaca Wanita Maluku (2019), masyakarat Ambon yakin jika wanita yang duduk di depan pintu akan susah dapat jodoh dan menikah.
Pasti hal tersebut hanya mitos semata, yang kenyataannya jodoh tidak terkait dengan perlakuan duduk di depan pintu atau mungkin tidak.
4. Mitos dari Melayu: Dijauhkan dari Rejeki
Seperti warga Bermainangkabau, warga Melayu di Riau dan Sumatra Selatan yakin jika duduk di depan pintu untuk anak bisa menghindari rejeki.
Menurut Syahrir, berikut bunyi mitos berkaitan duduk di depan pintu yang dipercayai beberapa warga Melayu di Riau:
“Pantang pagi-pagi duduk termenung di depan pintu, jauh rejeki.”
Selainnya diperlihatkan ke beberapa anak, mitos berkaitan duduk di depan pintu diperlihatkan Warga Melayu untuk wanita hamil.
Masih menurut Syahrir, orang hamil yang duduk di depan pintu bisa mengakibatkan anaknya membentang ataun sunsang hingga susah melahirkan.
5. Mitos dari Jawa: Datangkan Apes atau Tanda Jelek
Warga dari suku Jawa di Jawa tengah dan Jawa Timur yakin masalah mitos yang menyebutkan larangan duduk di depan pintu. Duduk di depan pintu menurut Jawa bisa datangkan apes atau tanda jelek.
Adapun arti kemalangan yang diartikan dalam mitos berbagai ragam, ada yang yakin masalah sulit rejeki, hadirnya penyakit, bahkan juga kematian orang paling dekat.
Menurut Virda Wulandari dalam study yang launching di Perpustakaan Kampus Airlangga (2015) mitos berikut yang membuat beberapa orangtua Jawa kerap berbicara “ojo lungguh ngarep lawang” dan “mangan ojo ngarep lawang.”
Ke-2 larangan itu dengan bahasa Indonesia bisa disimpulkan sebagai ‘jangan duduk di muka pintu’ dan ‘makan jangan di depan pintu.’
6. Mitos dari Toraja: Susah Melahirkan
Warga Bugis di Sulawesi Selatan mempunyai mitos masalah anak gadis duduk di depan pintu.
Menurut Muhammad Ramli dalam Jurnal Kampus Hasanuddin (2019) warga Bugis yakin jika kelamaan duduk atau berdiri di depan pintu mengakibatkan wanita susah melahirkan.
Oleh karenanya, anak gadis dan wanita hamil dilarang keras duduk di depan pintu.
Bukti Anak Gadis Dilarang Duduk di Depan Pintu
Kenyataannya, beberapa resiko dari mitos-mitos larangan anak gadis duduk di depan pintu yang tersebar dalam masyarakat tidak betul.
Tetapi, tidak berarti larangan yang dikatakan dalam mitos seutuhnya salah. Masalahnya berdasar norma dan budaya, duduk di depan pintu memang disangkutkan sebagai sikap kurang santun dan menghabiskan waktu.
Oleh karenanya, perlakuan ini kerap dilarang oleh beberapa orangtua sebelumnya. Berikut bukti dan keterangan rasional dari mitos-mitos masalah anak gadis dilarang duduk di depan pintu yang tersebar di beerapa daerah:
1. Duduk di depan pintu merintangi jalan
Kenyataannya duduk di depan pintu bisa merintangi jalan masuk keluar seseorang. Perlakuan seperti ini pasti mengakibatkan seseorang kesusahan terhubung ke dan ke luar rumah.
Oleh karenanya, seharusnya duduk di depan pintu tidak dilaksanakan untuk menjaga kenyamanan semua yang tinggal di rumah.
2. Duduk di depan pintu tidak santun
Di sejumlah kebudayaan warga, duduk di depan pintu bukan sikap yang santun. Untuk contoh, di kelompok masyarakat Jawa menghalangi atau mengadang jalan seseorang adalah bentuk ketidaksopanan.
Disamping itu, perlakuan ini mengakibatkan seseorang harus langkahi aktor agar dapat lewat pintu. Walau sebenarnya, perlakuan langkahi seseorang bukan sikap yang dibetulkan dalam kebudayaan Jawa.
3. Duduk di depan pintu menghabiskan waktu bekerja
Duduk di depan pintu disangkutkan oleh warga jaman dulu sebagai perlakuan menghabiskan waktu. Kenyataannya, menurut Lonada dan Tala orangtua jaman dulu tidak mau beberapa anaknya menghabiskan waktu.
Bukannya waktunya dipakai untuk duduk diam di depan pintu, sebaiknya mereka lakukan tugas lebih produktif dan raih semakin banyak pendapatan.
Argumen berikut yang mengakibatkan warga Minangkabau dan Melayu yakin akan mitos duduk di depan pintu menghalangi rejeki.
4. Duduk di depan pintu mengakibatkan tamu tidak nyaman
Masih terkait dengan bentuk norma dan kesopanan, duduk di depan pintu kenyataannya bisa mengakibatkan tamu tidak nyaman.
Ini umum terjadi dalam kebudayaan Jawa, di mana tamu yang benar-benar diterima umumnya akan dijamu di rumah. Kebalikannya, tamu yang tidak begitu dekat cuma bisa duduk di muka atau pelataran rumah saja.
Dalam masalah ini perlakuan duduk di depan pintu diasumsikan merintangi tamu masuk rumah. Ini pasti mengakibatkan orang yang tiba ke rumah jadi tidak nyaman.
Disamping itu, dari segi tamu yang terdapat di rumah, duduk di depan pintu bisa merintangi tamu untuk keluar.
5. Duduk di depan pintu beresiko menghancurkan bentuk badan
Kenyataannya, benar ada permasalahan kesehatan yang disangkutkan duduk asal-asalan di depan pintu.
Duduk di depan pintu biasanya dilaksanakan di lantai, tanpa sandaran, dan bentuk kaki bersila. Walau sebenarnya, menurut dokter posisi ini dipandang tidak nyaman dan bisa mengusik bentuk badan.
Bukan hanya itu, menurut dokter therapy fisik John Gallucci, bentuk duduk di lantai seperti ini bisa mengakibatkan ngilu pada punggung, leher, pinggul, dan pundak.
Ini disebabkan karena peredaran darah yang kurang lancar.
“Untuk beberapa orang, (posisi) ini dapat kurangi saluran darah dan menambahkan kemelut dalam tubuh dan sendi,” ucapnya sama seperti yang d ikutip dari Di antara.
Larangan Duduk Depan Pintu Menurut Islam
Perlakuan merintangi kegiatan seseorang, seperti duduk di depan pintu adalah suatu hal yang dilarang oleh agama.
Untuk contoh dalam tuntunan agama sebagian besar di Indonesia, yakni Islam. Larangan duduk depan pintu menurut Islam disangkutkan sabda Nabi Muhammad SAW yang tercantum pada hadis.
Berdasar hadis yang diartikan, orang yang memudahkan tugas seseorang karena itu dia akan mendapat balasan sama dari Allah SWT, begitupun kebalikannya.
Berikut bunyi hadis itu:
“Siapa saja yang memudahkan kesusahan seseorang, karena itu Allah ta’ala akan memudahkan masalahnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Wahai Wanita, Yakin dengan Mitos-Mitos Jawa Ini?
Sampai sekarang warga Jawa tetap yakini ada mitos, ditambah yang terkait sama perempuan. Mitos-mitos itu umumnya terkait dengan larangan yang tetap dipercayai dengan temurun.
Orang Jawa mengatakan dengan gugon tuhon. Gugon tuhon adalah adat lisan yang niasanya berisi larangan atau larangan dari orangtua untuk anak cucunya.
Berikut mitos-mitos yang tersangkut wanita Jawa. Bisa diyakinkan atau mungkin tidak, tapi sejumlah mitos dapat diolah dengan nalar.
1. Saja lungguh ing ngarep lawang, mundhak wong sing nglamar mbalik (Jangan duduk di depan pintu supaya orang yang ingin melamar tidak pergi kembali).
Mitos ini mempunyai tujuan supaya seorang wanita gampang memperoleh pasangan hidup. Tetapi bila dilogika, duduk di depan pintu dapat memang bisa merintangi orang yang hendak melalui atau masuk.
2. Yen nyapu harus resik kareben oleh jodo ora brewokan (Bila sapu harus bersih agar suami yang tidak brewok.
Keinginan baik dari gugon tuhon ini ialah supaya seorang wanita memperoleh keringanan saat memperoleh pasangan yang ganteng dan tidak jelek rupa. Tetapi secara nalar, mitos ini dapat diartikan supaya seorang wanita ingin menjaga kebersihan.
3. Bocah wadon saja lungguh jegang, ora ilok (Anak gadis tidak bagus duduk dengan menekuk kaki ke atas, tidak cantik).
Nilai positifnya dari pesan di atas ialah supaya wanita menjaga dianya dan menghindarikannya dari perlakuan yang malu-maluin diri dan keluarganya. Wanita perlu berpembawaan dengan santun.
4. Saja mateni kewan, mundhak bayine lahir kaya kewan (Jangan membunuh hewan, kelak bayi yang lahir sama dengan hewan)
Bayi yang lahir seperti binatang karena hanya ibunya membunuh binatang tidak mungkin terjadi. Mitos itu cuma ingin berpesan supaya seorang ibu sayang pada ciptaan Tuhan.
5. Bocah wadon uwis prawan, yen surup saja dolan mengko dicuri demit (Anak gadis tidak bagus pergi ke luar rumah mendekati malam karena dipercayai akan terganggu oleh makhluk lembut).
Asumsinya, wanita yang keluar mendekati malam dapat dicemaskan akan dirayu lelaki.
Makna Mitos Larangan Duduk di Depan Pintu, Kamu Harus Tahu!
Duduk di depan pintu adalah mitos yang berkembang sekarang ini sampai munculkan stigma bila duduk di depan pintu bisa menghalangi rejeki atau jodoh yang hendak mendekati. Rupanya mmemiliki tujuan tersurat yakni menjaga santun sopan.
Mitos itu berkembang cepat di kelompok masyarakat Indonesia sebagai bentuk ketentuan tradisi secara turun-temurun. Hingga siapa saja yang lakukan sikap itu maka di stigma oleh keluarga sendiri sebagai perlakuan tidak terpuji.
Nach, adapun tujuan lain dari perubahan papar jangan duduk di depan pintu ini adalah salah satunya implikasi dari kesopanan pada seseorang. Bila dilogikakan karena itu seorang yang duduk di depan pintu dapat menghalangi hilir mudik beberapa orang.
Seperti mitos yang tersebar pada warga Minangkabau bila anak gadis duduk di depan pintu rumah karena itu dia akan hentikan jalan rejekinya sendiri. Karena hal itu jadikan beberapa wanita atau anak wanita di Minangkabau sebelumnya tidak pernah duduk di depan pintu secara menyengaja.
Adapun mitos lain pada warga Bugis yang berkembang bila duduk di depan pintu untuk anak gadis mengakibatkan mereka susah melahirkan di saat mendekati melahirkan.
Mitos jangan duduk di depan pintu adalah pantang yang maksudnya ialah masih tetap menjaga santun sopan pada seseorang