Hujan Saat Perayaan Imlek, Fakta atau Mitos ?

  • Whatsapp
Hujan Imlek : Di antara Mitos
foto hanya ilustrasi

Tiap Imlek akan jatuh pada sekitaran Februari kedepan. Berdasar kalender Tionghoa. Wah sangat tua ya….. Yap, kalender Tionghoa adalah kalender paling tua yang tetap dipakai sampai sekarang ini. Awalnya penanggalan Tionghoa ialah milenium 3 saat sebelum Masehi (SM), saat Kaisar Huang Di, yakni sekitaran 2698 SM – 2699 SM.

Titik tolak penanggalan Tionghoa ialah milenium 3 saat sebelum Masehi (SM), saat Kaisar Huang Di, di antara tahun 2698 SM dan 2599 SM.

Bacaan Lainnya

Telah menempel dalam pikiran warga jika tahun baru Imlek sama dengan hujan. Dan hal itu memang umum terjadi. Terkadang justru terjadi hujan dengan terus-terusan lebih dari 24 jam.

Mengapa Imlek Kerap Terjadi Hujan ?

Jawabnya ialah karena Tahun Baru Imlek selalu terjatuh pada musim penghujan di Indonesia yakni sekitaran bulan Januari – Februari tiap tahunnya, persisnya dalam bentang tanggal 21 Januari-20 Februari . Maka lumrah saja bila di tahun baru Imlek kesempatan berlangsungnya hujan besar sekali. Sebetulnya penanggalan Tionghoa dihitung berdasar peredaran bulan, sama dengan penanggalan Hijriyah kaum muslim. Tetapi penanggalan Tionghoa pertimbangkan musim saat memutuskan tahun anyarnya dan penanggalan Hijriyah tidak.

Bila tahun baru Hijriyah diputuskan pada terbitnya hilal, karena itu tahun baru Imlek diputuskan berdasar waktu konjungsi. Konjungsi ialah kejadian saat matahari dan bulan ada segaris di bagian ekliptika yang masih sama, dalam islam istilah konjungsi ini disebutkan sebagai Ijtima’ . Maka sebetulnya kalender Tionghoa sudah memadankan elemen matahari dan bulan, karena pertimbangkan musim dan konjungsi karena itu kalender Tionghoa bisa dihitung matematika.

Gerak semu matahari adalah pemasti musim di bumi. Contohnya saat matahari ada di 23,5oLS, belahan bumi selatan (BBS) akan alami musim panas, dan belahan bumi utara (BBU) akan alami musim dingin. Dengan masukkan elemen musim, sebulan dalam kalender Tionghoa masih tetap berjalan di antara 29 dan 30 hari seperti mekanisme kalender Hijriyah. Tetapi, bakal ada bulan kabisat atau Lun Gwee yang lama waktunya 29-30 hari. Tambahan dilaksanakan tiap 2,tujuh tahun sekali . Maka, dalam tahun kabisat pada kalender Tionghoa akan mempunyai 13 bulan. Dengan demikian, beda 11 hari dengan kalender Masehi dapat ditangani, dan tahun baru Tionghoa masih tetap jatuh pada musim semi di Taiwan atau musim penghujan di Indonesia.

Apa Tiap Imlek akan Hujan ?

Secara klimatologi, tahun baru Imlek memang terjadi pada pucuk Monsun Asia yakni pada masa Desember-Januari-Februari (DJF). Seperti diketahui jika pada masa DJF angin bertiup dari daratan tinggi Asia yang bawa uap air (moisture transport) yang lumayan banyak, hingga daerah Indonesia ada pada musim penghujan serta beberapa daerah seperti Jawa alami pucuknya. Di mana penumpukan curahan hujan tiga dasarian ada pada angka paling tinggi.

Moisture Transport Masa DJF

Namun, musim penghujan tak berarti harus terus ada hujan tiap hari. Ada babak di mana tidak ada hujan dalam sekian hari dalam musim penghujan, babak ini kerap disebutkan monsoon break. Karena babak break ini bisa terjadi kapan pun bergantung keadaan atmosfer, hingga dapat terjadi di tahun baru Imlek. Dalam kata lain, saat Imlek masih tetap ada kesempatan cuaca ceria tanpa hujan. Secara spasial ada juga keadaan di mana satu tempat terjadi hujan dan pada tempat lainnya tidak ada hujan.

Untuk contoh ialah Imlek tahun 2014 yang jatuh di tanggal 31 Januari 2014, dari peta distribusi curahan hujan produk Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) kelihatan jika tidak ada hujan di beberapa Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *